Walaupun dunia batik menjadi perdebatan dan saling klaim antar negara bangsa –negara mana yang berhak menjadi negara pemegang paten batik, hal inilah yang menjadi perdebatan antara Indonesia dan Malaysia akhir-akhir ini. Terlepas dari masalah tersebut, batik sebenarnya tidak bisa dipisahkan begitu saja dengan masyarakat indonesia, karena memang menurut banyak sejarah batik tidak bisa dipisahkan dengan budaya Indonesia bahkan organisasi PBB sudah memberikan label batik sebagai warisan dunia dari Indonesia. Batik menjadi ikon tersendiri bagi masyarakat Indonesia, bahkan batik menjadi trend ditengah masayarakat tertentu, karena batik mengandung banyak makna – sebagai contoh masyarakat Jawa – bagi yang memakainya. Setiap corak atau motif akan mempunyai arti dan lambang tersendiri dan pantas dipakai pada waktu tersendiri pula.
Batik di Indonesia memang sangat identik dan dikaitkan dengan kultur atau budaya Jawa, namun bukan berarti daerah, suku lain tidak mempunyai ciri khas batik tersendiri. Batik di Indonesia juga ditemukan di kalimantan dan juga di Sumatera (Sumatera Barat, Aceh, Jambi, Kalimantan, dan daerah lainnya). Terkadang sulit dipercaya, di Sumatera Barat (Sumbar) yang selama ini terkenal dengan kain songket, bordiran dan sulaman ternyata juga mengenal batik.
Keberadaan batik di Sumbar mengalami pasang surut, setelah lama hilang dari peredaran dan terkesan langka pemakainya, bahkan sangat jarang dipakai lagi dalam pakaian adat, sekarang mulai muncul lagi sebagai sebuah budaya lokal yang harus dikembangkan. Mulai dikenalnya kembali batik di Sumbar sekitar tahun 1993 berkat usaha oleh seorang perempuan yang sudah lama bekerja dalam usaha bordiran yang bernama Wirda Hanim, niatnya karena ingin membangkitkan kembali batik ciri khas Sumbar ini ditengah masyarakat2.
Sejak lama, Sumatera Barat terkenal dengan bordir dan sulamannya. Namun, sesungguhnya Tanah Minang masih menyimpan satu jenis kain yang tidak kalah indahnya. Kain itu dikenal dengan sebutan batiak tanah liek. Kalau dilihat sekilas, batiak tanah liek tidak jauh berbeda dengan batik umumnya, namun batik tanah liek punya keunikan tersendiri yang mana dalam proses pembuatan batik tanah liek ini dari bahan dasar tanah liat. Keunikan itu juga dikaui oleh tim dari Amerika Serikat yang tergabung dalam Textile Odyssey San Fransisco yang sengaja mengunjungi Sumatera Barat dan melihat langsung workshop Batik Tanah Liek ini. Batik tanah liek Pesisir Selatan nan eksotik pun tak mau ketinggalan. Sudah sejak lama batik Pesisir Selatan (Pessel) membuktikan diri eksis sebagai salah satu fashion bergengsi di negeri ini.
2 www.padangekspres.com, menghidupkan kembali batik tanah liek
Sebenarnya batik ciri khas Sumatera Barat – tersebar pada tiga daerah yaitu, Kabupaten Pesisir Selatan, Padang dan Dharmasraya – dikenal dengan sebutan Batiak Tanah Liek (batik Tanah Liat), yang mana bahan dasar dari pembuatan batik berasal dari tanah liat dan warna dasar batik itu adalah coklat seperti warna tanah. Seperti batik di tanah jawa yang dikenal dengan macam-macam motif (sidomukti, parang rusak, trumtum), di Sumbar juga mengenal berbagai macam motif kuno (kuda laut dan burung hong) dan sekarang adanya paduan dengan motif lukisan pada kain batik itu, antara lain (tumbuhan merambat atau akar berdaun, keluk daun pakis, pucuk rebung, itik pulang petang) dll. Walaupun tidak terlalu kental dengan budaya setempat, di Ranah Minang1 Batik tidaklah terlalu asing. Ini dapat kita lihat dari pemakaian batik oleh para bundo kandung2 dalam upacara adat. Uniknya, batik tersebut digunakan bersama kain songket dengan talakuak3. Pemakaian batik berupa selendang mempunyai kekhasan tersendiri yang mana selendang batik itu diselempangkan antar bahu ke bahu. Selain itu juga batik tanah liek pada masa lalu di pakai oleh para penghulu4 berupa selendang dalam pakaian adatnya.
Jika batik daerah lain banyak mengadopsi motif-motif flora, motif batik tanah liek Pessel banyak terinspirasi dari binatang-binatang laut seperti, kuda laut, dan biota lain. Hal ini disebabkan topografi daerah Pessel yang terletak di pesisir pantai sehingga masyarakatnya sangat akrab dan dekat dengan laut. Sehingga biota laut yang beranekaragam dan memiliki keindahan tersendiri menjadi inspirasi untuk menciptakan karya seni atau kerajinan tangan seperti batik ini.
Batik Pessel ada mempunyai sembilan motif, delapan motif laut dan 1 motif flora, yakni kaluak paku untuk pinggir kain. Sejarah batik tanak liek Pessel berawal sejak zaman dulu, saat batik berupa selendang dipakai hanya untuk acara adat. Warna batik hanya ada dua, warna tanah dan hitam.
Warna tanah didapatkan dari merendam kain dalam larutan tanah liat. Sedangkan warna hitam diperoleh dari larutan kulit jengkol yang direndam dalam air5. Seiring perkembangan zaman, dan tuntuan pasar, batik tanak liek Pessel berkembang menjadi aneka fashion seperti baju stelan, pakaian gamis, jilbab dan kemeja atau baju koko untuk laki-laki. Warna pun kian beragam seseuai selera pasar. Ada warna-warna cerah, seperti merah, merah muda, biru, hijau hingga warna-warna soft dan perpaduan warna yang cantik. Dasar kain tidak hanya sutera yang ringan dan nyaman tapi juga ada santung dobi dan lainnya. Hingga kini batik tanah liek Pessel sudah berkibar di mana-mana, baik di nusantara maupun mancanegara.
Selain dasar pembuatan batik dari tanah liat. Sekarang sudah terdiri dari bahan pewarna alam lainnya. Ada yang dari kulit jengkol, kulit rambutan, gambir, kulit mahoni, daun jerame dan masih banyak akar-akar lainnya yang juga digunakan.
1 Ranah Minang (tanah Minang) sebutan lain dari daratan Prov. Sumatera Barat yang didiami oleh mayoritas suku Minangkabau.
2 Ibu-ibu (red)
3 penutup kepala perempuan dalam pakaian adat Minangkabau yang menyerupai tanduk kerbau.
4 Kepala Adat Suku Minang kabau.
5 www.padangekspres.com, menghidupkan kembali batik tanah liek
Perkembangan batik tanah liek
Pada masa dahulu, batik dipakai dalam pakaian adat oleh penghulu, ini mencerminkan bahwa batik sudah lama dan dekat dengan budaya di Sumatera Barat khususnya di Pesisir Selatan. Karena itu untuk mengembangkan budaya daerah pemerintah daerah (pemda) berusaha memperkenalkan batik ini baik tingkat lokal, nasional maupun internasional. Langkah pertama yang diambil Pemda adalah melakukan promosi lewat pameran tingkat kabupaten dan provinsi seperti ikut event “Padang Fair”, menggalakkan pemakain batik tanah liek ini ditingkat daerah dan dengan mewajibkan bagi PNS di lingkungan Pemda Pesisir Selatan untuk memakai batik tanah liek setiap hari jumat serta mewajibkan bagi istri-istri pejabat daerah untuk memakai batik tanah liek dalam acara resmi daerah. Di tingkat nasional pemda mencoba melakukan promosi dengan memberi souvenir/cinderamata cuma-cuma kepada pejabat dalam kunjungan ke Kabupaten Pesisir Selatan dengan maksud agar batik tanah liek bisa dikenal banyak orang dari luar daerah. Selain itu juga ikut dalam pameran-pameran dalam Pekan Raya Jakarta (PRJ).dan pagelaran seperti pagelaran mode Fashion Exploration di Jakarta Convention Center (JCC). Pada tingkat internasional juga ikut dalam pameran-pemeran ke Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam dan Belanda.
Problem pengembangan
Masalah pokok dalam pembangunan daerah yaitu terletak pada penekanan terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan pada kekhasan daerah yang bersangkutan dengan menggunakan potensi sumberdaya manusia, kelembagaan, dan sumber daya fisik secara lokal (daerah).
Setelah di jelaskan diatas, bahwa sudah adanya usaha dalam pengembangan batik tanah liek oleh pemerintah daerah, namun usaha ini belum maksimal karena belum adanya keterlibatan pihak swasta. Absennya keterlibatan pihak swasta ini terkait dengan kendala atau problem pengembangan batik di Pesisir Selatan, yaitu :
- Promosi masih banyak bergantung pada Provinsi
Promosi memang sudah dilakukan oleh pemerintah daerah, baik lokal, nasional maupun internasional, namun kendala ini promosi khusus promosi keluar negeri adalah karena minimnya dana pemerintah daerah. Memang sangat tidak memungkinkan sebuah Kabupaten yang termasuk dalam kategori daerah tertinggal di Indonesia dapat secara mandiri melaukan promosi keluar negeri. Maka tak aneh lagi promosi batik tanah liek ciri khas pesisir selatan ke luar negeri masih bergantung pada promosi bersama dengan provinsi .
- Pemasaran
Faktor pementu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah. Melihat dari pemasaran tanah liek ini masih jauh bila dibandingkan dengan batik dari tanah liek. Kendala ini sebenarnya juga akibat belum adanya dukungan dari pihak swasta. Pemasaran batik tanah liek masih pada daerah tertentu, di tingkat lokal hanya pada outlet tertentu di Kota Padanf dan diluar negeri misalnya Malaysia (negeri sembilan).
Terbatasnya Produksi
terbatasnya produksi ini sebenarnya pokok problem yang harus di pecahkan terlebih dahulu, mengapa dikatakan demikian, karena dapat berefek pemasaran dan dan pengembangan batik ini slenjutnya dan juga menentukan apakah batik ini dapat dijadika sumber ekonomi daerah. Produksi yang terbatas adalah imbas dari pada Masih minimnya SDM masyarakat, ini dapat dimaklumi karena dalam pembuatan batik tanah liek harus adanya keahlian khusus dan pengalaman dan ketekunan. Selain itu adalah modal dalam pengembangannya karena bahan baku dalam pembuatan batik tanah liek yang berkualitas masih tergolong mahal.